JAKARTA, KOMPAS.com — Sejak usia 0, bayi sebenarnya sudah menjadi vegetarian. Pasalnya, selama enam bulan pertama mereka hanya mengonsumsi air susu ibu (ASI). Apakah diet vegetarian itu masih bisa dilanjutkan hingga masa kanak-kanak?
Manusia sebenarnya bukan tergolong jenis pemakan segala. Menurut Bambang Sumantri, Ketua Umum Keluarga Vegetarian Maitreya Indonesia (KVMI), dengan susunan gigi yang ada, sesungguhnya manusia masuk golongan herbivora. Tidak seperti gigi harimau yang runcing, sehingga mampu menyayat daging.
Bukan hanya itu, tambah Bambang yang sudah menjadi vegetarian sejak usia 17 tahun ini, usus manusia yang cukup panjang membuat makanan hewani bertahan lebih lama di dalamnya.
“Butuh waktu 4-5 hari agar daging bisa bersih dari usus,” tuturnya. Dengan begitu, diet vegetarian cocok diterapkan, termasuk untuk anak-anak.
Lakto-Ovo
Dikatakan Dr. Hendry Widjaja, MHA, dokter dari RS Medika Gria, Jakarta, sedari dini bayi sudah bisa menjalani diet vegetarian. Menurut dokter yang juga seorang vegetarian ini, sejak usia 0 bulan, bayi sesungguhnya tidak memerlukan sumber makanan hewani.
Hingga usia 6 bulan, kebutuhan gizi bayi sudah tercukupi oleh ASI. Begitu mereka dikenalkan pada makanan padat (mulai usia 6 bulan), diet vegetarian bisa diterapkan melalui kombinasi yang tepat.
“Tentunya diet lakto-ovo vegetarian, karena mereka masih dalam proses pertumbuhan. Setelah remaja, baru mereka bisa menerapkan diri untuk menjadi vegan atau vegetarian murni,” ujar Kepala Bagian Pendidikan dan Latihan KVMI ini.
Lakto-ovo vegetarian termasuk diet yang cukup longgar ketimbang vegan atau vegetarian murni. Pada lakto-ovo vegetarian, anak masih bisa mengonsumsi telur, susu, serta produk olahannya, kecuali daging dan ikan.
Diet vegetarian memang bisa dijalani oleh segala usia. American Dietetic Association (ADA) menyetujui hal tersebut. Dalam makalah berjudul Feeding your Baby the Vegetarian Way, seperti dikutip New Beginnings, 2000, ADA menyatakan bila direncanakan dengan tepat, bayi yang berdiet vegetarian bisa mendapat seluruh nutrisi yang diperlukan untuk proses tumbuh kembangnya.
Ditambahkan Dr. Hendry, sejauh ini tidak ada perbedaan mencolok antara anak yang melakukan diet vegetarian dengan anak nonvegetarian, baik dari sisi pertumbuhan maupun inteligensinya. Jurnal Kedokteran Pediatrics juga menyebutkan hal serupa.
Tumbuh Baik
Penelitian tentang vegetarian pada anak pernah dilakukan tahun 1989. Para periset menemukan, dari 404 anak yang diteliti di sebuah komunitas di wilayah Tennessee, AS, tidak ada perbedaan signifikan dalam pertumbuhan anak vegetarian dan nonvegetarian.
Memang, di usia 1-3 tahun, anak yang menjalani diet vegetarian di daerah tersebut sedikit lebih kecil ketimbang anak Amerika pada umumnya. Namun, begitu menginjak usia 10 tahun, pertumbuhan mereka kembali setara.
Bila dirata-rata, pertumbuhan anak vegetarian sama dengan anak lainnya. Hal ini mematahkan anggapan bahwa anak vegetarian bertubuh lebih kecil, kurus, dan pucat.
Meski demikian, para ahli mengkhawatirkan kemungkinan terjadinya defisiensi vitamin dan mineral pada anak vegetarian, terutama vitamin B12, yang banyak terdapat pada makanan sumber hewani.
Misalnya, anak yang sulit makan sayur, bisa mengalami defisiensi zat besi. Sayur umumnya mengandung zat besi yang penting bagi pembentukan sel darah merah. Namun, bila orangtua bisa mengombinasikan makanan dengan baik, tidak akan terjadi kekurangan gizi.
Sebagai patokan, dijelaskan Dr. Hendry yang kedua anaknya menjalani diet vegetarian, ada empat komposisi makanan yang sebaiknya diberikan pada anak vegetarian. “Kelompok padi-padian, sayur, buah, dan kacang-kacangan. Dengan kombinasi yang tepat, gizi anak bisa terpenuhi dengan baik,” katanya.
Dikatakan Virginia Messina, MPH, RD, dan Mark Messina, Ph.D, penulis buku The Vegetarian Way, orangtua harus memiliki pengetahuan dasar tentang nutrisi vegetarian agar anak mendapat nutrisi yang tepat dan seimbang. Menurut mereka, kebutuhan zat gizi anak yang cukup tinggi adalah vitamin D, zat besi, kalsium, dan zinc. Nutrisi lain yang juga diperlukan anak vegetarian adalah protein, vitamin B12, dan riboflavin.
Kalsium bisa diperoleh dari susu dan produk olahannya. Kemungkinan anak-anak yang menerapkan diet lakto-ovo vegetarian kekurangan kalsium, zat besi, maupun vitamin B12 sangat kecil. Sebab, sumber kalsium bisa didapat dari sumber makanan seperti tahu, sayur berdaun hijau tua, bok choy, brokoli, kacang-kacangan, kedelai, dan sereal.
Zat besi juga didapat dari makanan sumber nabati. Jenis zat besi pada sumber nabati tergolong nonhem dan kurang mudah diserap tubuh. Berbeda dengan zat besi dari sumber hewani, seperti daging merah, yang tergolong hem dan mudah diserap tubuh.
Untuk menyiasati proses penyerapan itu, para ahli menganjurkan agar makanan kaya zat besi dari sumber nabati dikonsumsi bersama dengan makanan tinggi vitamin C.
Konsultasi Dokter
Diet vegetarian pada anak tidak terlalu dianjurkan oleh Dr. Dida Gurnida, Sp.A(K), MKes., konsultan nutrisi dan metabolik dari RS Hasan Sadikin Bandung. “Sebaiknya jangan menerapkan diet vegetarian pada anak-anak. Sebab, mereka masih membutuhkan protein hewani,” ujarnya.
Menurut dokter anak lulusan FK Universitas Padjadjaran ini, tidak adanya sumber hewani kurang baik untuk pencernaan. Usus bakal tidak mengenal makanan sumber hewani. Proses pertumbuhan anak juga menjadi kurang baik. Perlu diketahui bahwa makanan sumber hewani membantu proses pembakaran menjadi energi dengan lebih baik.
Dr. Dida lebih menyarankan penerapan pola umum gizi seimbang yang terdiri dari karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral. Lemak dan protein berasal dari sumber nabati dan hewani.
Menanggapi sistem pencernaan manusia yang tidak sesuai untuk makanan hewani, ia hanya menjawab, ”Makanan sumber hewani jangan terlalu banyak dikonsumsi.”
Upaya menerapkan diet vegetarian pada anak sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter ahli terlebih dahulu. Tujuannya, agar proses pertumbuhan dan perkembangan anak tidak terganggu.
Senin, 01 Maret 2010
Anak-anak Boleh Vegetarian
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar