KOMPAS.com - Jika Anda seorang pria, menikah, dan pernikahan itu dipenuhi kemesraan dan kebahagiaan, maka risiko Anda terkena stroke lebih rendah dibanding dengan rekan lain yang tidak menikah atau yang perkawinannya tidak langgeng.
Penelitian yang dilakukan terhadap 10.000 orang Israel menemukan mereka yang masih melajang atau merasa kurang bahagia dengan pernikahannya lebih beresiko terkena stroke. Hasil penelitian ini dipresentasikan dalam pertemuan American Stroke Association International Conference.
Sejumlah peneliti dari Tel Aviv University menganalisa wawancara yang dilakukan pada penduduk pria dan karyawan pemerintahan di tahun 1960-an. Responden yang rata-rata berusia 49 tahun itu diminta menilai skala kebahagiaan perkawinan mereka.
Para peneliti lalu melihat data responden yang meninggal karena stroke 34 tahun kemudian dengan membandingkan hasil wawancara tersebut. Setelah mempertimbangkan faktor sosio-ekonomi dan faktor pencetus stroke, seperti hipertensi dan merokok, para peneliti menemukan kaitan yang besar antara status pernikahan dan risiko stroke.
Pria yang masih lajang memiliki risiko terkena stroke 64 persen lebih tinggi dibanding rekannya yang menikah. Akan tetapi, mereka yang perkawinannya bahagia saja yang risio stroke-nya lebih rendah. Sebaliknya, perkawinan yang penuh tekanan dan cinta yang mulai pudar bisa meningkatkan risiko penyakit jantung.
Berbagai penelitian menunjukkan kehidupan perkawinan yang berkualitas, nyaman dan tentram, berdampak positif bagi kesehatan. Meski demikian, para pakar kesehatan mengingatkan, selain kebahagiaan, gaya hidup lebih menentukan risiko terkena stroke. "Berolahraga, pola diet seimbang dan tekanan darah yang terjaga merupakan cara paling efektif untuk menghindari stroke," kata Dr.Peter Coleman, deputi direktur penelitian dari Stroke Association, Inggris.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar