JAKARTA, KOMPAS.com - Persediaan darah ke depan harus mencukupi kebutuhan empat hari . Kondisi sekarang baru mencukupi kebutuhan dua hari. Untuk mencapai target tersebut, Ketua Umum Pengurus Pusat Palang Merah Indonesia HM Jusuf Kalla, sebulan terakhir telah mengunjungi 14 provinsi dan gencar mengimbau agar aksi donor darah dijadikan gaya hidup. Tampil di Kompasiana Monthly Discussion, Senin (22/2), di Jakarta, ajakan yang sama kembali digaungkan.
Kegiatan mendonorkan darah sebaiknya dijadikan gaya hidup. Para mahasiswa jangan hanya bangga dengan aksi demonstrasinya, tetapi alangkah bijaksana aksi demo diganti dengan aksi donor darah. Bersedekah dengan darah adalah amal ibadah, kata HM Jusuf Kalla.
Dijelaskan, jika donor darah sebagai gaya hidup, maka ada peluang peningkatan persediaan darah. Penyediaan darah oleh PMI baru tercapai 0,7 persen jumlah penduduk (1,7 juta kantung, tahun 2008) dan persediaan darah baru mencukupi kebutuhan 2 hari. Pencapaian ini jauh dari target WHO yang 2 persen jumlah penduduk atau 4 juta kantung per tahun dan persediaan darah mencukupi kebutuhan 4 hari.
Salah satu strategi yang akan dilakukan PMI adalah bekerjasama dengan perguruan tinggi yang memiliki mahasiswa di atas 20.000 orang. Pihak kampus dihimbau untuk mendonorkan tempat untuk unit transfusi darah di kampus, sehingga ma hasiswa sewaktu-waktu bisa donor darah.
Jika 10.000 orang saja yang mendonor 2 kali setahun, maka akan didapat 20.000 kantung darah per tahun. Jumlah sebanyak ini amat berarti dan banyak nyawa orang yang terselamatkan, tandasnya.
Selain di kampus-kampus, Jusuf Kalla juga berharap mal-mal yang potensi pengunjungnya bisa mencapai 50.000 orang per hari, diminta punya unit transfusi darah. Jika di mal ada unit transfusi darah , para pengunjung akan menyempatkan diri donor darah. Sebab donor darah hanya butuh waktu sebentar, sekitar 10 menit,
Pada bagian lain Ketua Umum Pengurus Pusat PMI itu juga mengajak para pengusaha agar memproduksi kantung darah di negeri sendiri. Selama ini kantung darah diimpor dari Singapura. Kalau terjadi perang, misalnya, betapa kita kesulitan dapat kantung darah. Kantung darah jelas tak bisa diganti kantung plastik biasa, ujarnya, yang membuat peserta diskusi para blogger di kompasiana tertawa.
Sudah saatnya memproduksi sendiri kantung darah, karena kebutuhan tinggi, mencapai 4 juta/tahun. Dengan produk sendiri diharapkan dapat menurunkan biaya pelayanan darah. Untuk meningkatkan donasi menjadi 4 juta kantung dan persedian 4 hari, akan didirikan tempat pengambilan darah di pusat perbelanjaan dan kampus. Ujicoba di 5 pusat perbelanjaan di Jakarta, Surabaya, dan Makassar.
Jusuf Kalla juga menegaskan bawah PMI tidak memperjualbelikan darah. Yang ada itu, pihak rumah sakit memunggut biaya pengganti pengolahan darah (BPPD) untuk Askeskin Rp120.000/kantung.
Biaya sebesar itu hanya baru mencukupi biaya kantung darah sekitar Rp37 ribu, biaya reagensia HIV Rp22 ribu , HBsAg Rp13 ribu, HCV Rp34 ribu, dan sifilis Rp14 ribu. Sehingga biaya untuk gedung, peralatan, tenaga, dan operasional lainnya yang harus dikeluarkan per bulan, lanjut Jusuf Kalla, belum terpenuhi. Hasil penghitungan unit cost Rp267.000 per kantung, terd iri dari 47 persen biaya penggantian fasilitas dan pelatihan tenaga, 53 persen biaya operasional.
Jusuf Kalla berpendapat, untuk mencapai target pengadaan 3 juta kantung darah tahun 2010, untuk pengadaan reagensia infeksi diperlukan dana Rp360 miliar. Karena itu, DPR dan pemerintah diharapkan mengalokasikan anggaran untuk pelayanan darah untuk keperluan pengadaan reagensia infeksi dan pelaksanaan pengolahan plasma melalui proses fraksionasi oleh karena saat ini banyak plasma terbuang padahal mengandung faktor VIII dan IX, globulin, albumin serta fibrinogen untuk kegunaan pengobatan.
Pepih Nugraha dari Kompasiana, Kompas.com berharap para blogger menulis soal donor darah di blog masing-masing, guna menghimbau pembaca agar menjadikan donor darah sebagai gaya hidup, sebagaimana yang diharapkan Jusuf Kalla, yang juga punya blog di kompasiana.
Seusai diskusi, puluhan blogger yang hadir langsung mendonorkan darahnya. "Saya baru pertama kali donor darah," kata Pepih Nugraha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar