Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Senin, 01 Maret 2010

Jamur Bikin Panjang Umur

KOMPAS.com - Dalam budaya kuliner Indonesia, jamur tidak menempati posisi penting. Tak banyak masakan khas Indonesia yang berbahan dasar jamur. Kalaupun ada, itu hanya satu-dua, sebutlah pepes jamur, oseng jamur, atau sekadar menjadi kondimen alias bahan pelengkap seperti pada masakan kimlo/timlo.

Padahal dalam khazanah kuliner Asia seperti di China, Korea, atau Jepang, jamur sangat mendominasi pada banyak makanan, bahkan minuman. Mereka umumnya menyadari benar, jamur mengandung banyak zat yang bermanfaat bagi kesehatan. Jamur bebas kolesterol serta kaya serat, vitamin, dan mineral. Karenanya, jamur dipercaya mampu mengobati berbagai penyakit.

Literatur mencatat, jamur jenis shiitake atau yang juga dikenal dengan nama jamur hitam China sudah dibudidayakan sejak 1.000 tahun lalu. Sejarah tertulis pertama tentang budi daya shiitake ditulis Wu Sang Kuang di jaman Dinasti Song (960-1127), walaupun jamur ini sudah dimakan orang di daratan Tiongkok sejak tahun 199 Masehi. Dalam Wikipedia disebutkan, di jaman Dinasti Ming (1368-1644), dokter bernama Wu Juei menulis, jamur shiitake tak hanya bisa digunakan sebagai makanan, tetapi juga obat untuk penyakit saluran nafas, melancarkan sirkulasi darah, meredakan gangguan hati, memulihkan kelelahan, dan meningkatkan energi chi. Shiitake juga dipercaya dapat mencegah penuaan dini serta memperpanjang umur!

Secara umum kandungan gizi per 100 gr yang terdapat pada jamur adalah sebagai berikut:

Kandungan Segar Kering
Kalori 15 kal 128 kal
Protein 3,6 gr 16 gr
Lemak 0,6 gr 0,9 gr
Hidrat arang 0,9 gr 64,6 gr
Kalsium 3 mg 51 mg
Fosfor 94 mg 223 mg
Besi 1,7 mg 6,7 mg
Vitamin B1 0,10 mg 0,11 mg
Air 93,7 gr 14,9 gr

Hati-hati racunnya
Saat ini aneka makanan yang menggunakan bahan baku jamur mudah ditemui, terutama di restoran yang menyajikan masakan China, Jepang, dan Korea.Jamur segar pun banyak dijual di pasar dan toserba. Sebelum mengolahnya, rendam sebentar jamur yang kering dalam air panas. Sedangkan jamur segar bisa langsung dicuci dengan air bersih.

Tidak disarankan untuk memetik sendiri jamur yang tumbuh liar jika kita tidak betul-betul mengenalnya. Ya, karena sebagian jenis jamur mengandung racun. Sebutlah jamur beracun spesies Omphalotus guepiniformis yang sepintas terlihat mirip jamur shiitake sehingga banyak orang yang tertipu dan keracunan.

Berikut ciri-ciri jamur beracun:
* Umumnya jamur beracun berwarna solid, seperti merah darah, hitam legam, biru tua, ataupun warna-warna keras lainnya, meski ada juga satu-dua yang warnanya kuning muda atau putih.

* Baunya sangat menyengat, seperti telur busuk atau amoniak.

* Biasanya mempunyai cincin atau cawan. Sebagai catatan, jamur merang mempunyai cawan dan jamur kompos mempunyai cincin, tetapi keduanya tidak termasuk jamur beracun.

* Umumnya tumbuh di tempat yang kotor seperti pembuangan sampah atau kandang hewan.

* Jenis jamur beracun cepat sekali berubah warna, misalnya dari warna putih ke warna gelap ketika dimasak atau dipanaskan.

* Masyarakat Eropa mempunyai kebiasaan mengerat jamur yang baru ditemukan dengan pisau perak atau dikerat dengan pisau biasa, lalu didekatkan dengan benda yang terbuat dari perak. Jika pada pisau atau benda perak itu muncul warna hitam atau biru, berarti dapat dipastikan jamur tersebut beracun.

* Masyarakat Indonesia pun punya cara tradisional untuk mengenal jamur beracun, yakni dengan membuat pepes jamur tersebut bersama nasi putih. Kalau warna nasi berubah menjadi gelap, berarti jamur itu termasuk jenis jamur beracun.

Tanda-tanda seseorang keracunan jamur secara umum adalah muntah, mual, pusing, dan buang-buang air setelah makan atau minum jamur. Jika itu yang terjadi, segera bawa penderita ke dokter untuk mendapatkan pertolongan. Jangan tunggu sampai sesak nafas, apalagi kejang, karena hal itu dapat berakibat fatal.

Sumber: Disarikan dari buku Sehat dengan Makanan Berkhasiat, Penerbit Buku Kompas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar